BACKPACKERAN KE KAWAH IJEN DARI JOGJA SUPER MURAH!
21.03.00
Hello Banyuwangi! Kota yang
menjadi salah satu destinasi dalam bucket list saya sejak dulu yang dikenal
banyak kalangan wisatawan terutama kawah ijen dan baluran. Nah, mumpung nih di
tahun 2018 ini saya lihat-lihat banyak tanggal merah berdekatan maupun HARPITNAS (Hari Kejepit Nasional) saya
atur deh rangkaian trip menuju Banyuwangi ini. Itinerary emang penting lur,
walaupun terkadang kita dalam berkelana seringkali melakukan hal-hal yang ada
diluar rencana kita. Tersusunlah rencana, yang awalnya start dari Purwokerto –
Surabaya, Surabaya – Banyuwangi akhirnya saya putuskan untuk start from
Yogyakarta. Tiket sudah saya booking
semenjak 2 minggu sebelum pemberangkatan, karena musim liburan dijamin tiket
bakalan sold out. So, Kali ini saya akan share pengalaman trip ke Banyuwangi
dan Bonus trip ke Surabaya super murah!
DAY I
Hari pertama saya berangkat dari
Purwokerto dikala sore hari menggunakan Bus Efisiensi menuju Jogja. Cukup ekonomis
sih hanya Rp 70.000 get free mineral water dan Perjalanan memakan waktu 5 jam
dari kota Purwokerto. Tak usah khawatir kalau mau buang air kecil atau besar,
bus ini akan transit sekitar 15 menitan di pool efisiensi Kebumen. Bus
Efisiensi ini ternyata menyediakan shuttle gratis juga loh yang bakalan
nganterin kalian ke Jogja Kota! Setelah 5 jam berlalu, saya di oper dari Ambar
Ketawang menuju ke Malioboro menggunakan shuttle. Saya gak sendiri, perjalanan
trip kali ini bersama popon. Kopi Joss dan nyanyian pengamen jalanan menemani
jogja ku mala mini sembari menunggu popon dan teman yang nanti saya akan
tumpangin tidur. Untuk menghemat cost saya menginap di kost teman saya yang
kebetulan masih menjadi mahasiswa di Jogja.
Cost
DAY #1
·
Bus Efisiensi ke Jogja : Rp 75.000
·
Makan di kopi Jos : Rp 12.000
------------------------------------------------ +
Rp
87.000
DAY 2
Kami memulai perjalanan dari
Stasiun Lempuyangan menuju Stasiun Karang Asem menggunakan kereta Sri Tanjung.
Lempuyangan pagi itu sedang ramai sekali. tak heran jika memang kala itu sedang
berada di long weekend. Saya ingatkan lur, perjalanan 13 jam di kereta emang
membuat penat dan bosan, jangan lupa kalian membawa hiburan untuk membunuh
kejenuhanmu, seperti : novel, game di gadget, save video youtube offline, dan
music. Penting juga nih, makanan dan minuman yang ada di dalam kereta identik
dengan ‘mahal-nya’ saya tak lupa membeli snack dan nasi rames. Bayangkan saja,
kalian harus rela menggocek uang Rp 20.000 – Rp 30.000 untuk sekali makan. Padahal
kita harus 13 jam stay di kereta yang mengharuskan untuk membeli makanan yang
ada di kereta. Ya namanya juga backpackeran kita emang harus ngepress banget
biaya hidup selama berkelana.
A Journey has begun!
Pukul 07.00 tepat kereta Sri Tanjung
mulai melakukan perjalanan menuju stasiun terakhir yaitu Stasiun Banyuwangi
Baru. Berhubung kereta Sri Tanjung ini sering berhenti di banyak stasiun jadi
jangan heran kalau kereta ini selalu full dan ramai pengunjung. Setelah
beberapa jam kereta terhenti di Stasiun Surabaya Gubeng. Lumayan lama sih
sekitar 10 – 15 menit berhenti ku keluar dari sekedar melepas penat di dalam
kerata. Stasiun inilah yang nantinya akan menjadi stasiun terakhir saya pulang
menuju Purwokerto.
13 jam terlewati akhirnya
sampailah kami di Stasiun Karang Asem Banyuwangi. Tak seperti stasiun besar
lainnya, pintu keluar tak seramai para penawar ojek maupun taksi. Tergolong
stasiun yang kecil namun disinilah perjalanan ke Ijen lebih dekat ketimbang
turun di Stasiun Banyuwangi Baru. Kebetulan saya dapat info kalau di depan
Stasiun terdapat rumah singgah backpacker (@rumahsinggahbwi). Hanya berjalan beberapa
meter dari stasiun saya bertemu dengan Pak Rahmat selaku pemilik dari Rumah
Singgah sekaligus penyewaan sepeda motor. Saya disambut oleh Pak Rahmat dan
sempat berbincang-bincang mengenai silsilah dari Rumah Singgah Backpacker ini
bersama dua orang bule yang kebetulan juga akan berangkat menuju kawah ijen
mala mini. Pak rahmat merasa senang memiliki sebuah rumah singgah, “I have a lot friends around the world” begitu
kata pak rahmat menjawab pertanyaan dari seorang bule dari spanyol.
Untuk menyewa
motor dikenakan biaya Rp 75.000/24 jam dan wajib meninggalkan kartu identitas. Stasiun
semakin malam semakin sepi pengunjung, karena memang kereta Sri Tanjung adalah
kereta terakhir yang berhenti di Stasiun Karang Asem. Sebelum melakukan road-trip menuju Paltuding (Basecamp
Kawah Ijen) kami mengisi perut terlebih dahulu.
touchdown St. KarangAsem |
“Naiknya nanti jam 22.30 aja mas, soalnya
weekend pasti ramai banget. Antisipasi aja jangan kemalaman kesananya” jelas
pak rahmat.
Usai kami makan
sembari membeli air mineral untuk dibawa trekking kami ditawarkan untuk menaruh
barang yang tak terpakai di kamar yang disediakan Pak Rahmat (its free!).
Sebelum menuju
Paltuding terlebih dahulu mengisi bensin. Hanya mengisi bensi Rp 20.000
pertalite cukup untuk perjalanan PP menuju ijen. Kata Pak Rahmat perjalanan
menempuh waktu selama 1 jam dan harus ekstra hati-hati. Sepanjang perjalanan
hanya ada motor kami saja, dan ditemani oleh hujan sedang. Sebelum memasuki
hutan kami melewati pos retribusi dari Dusun Jambu, Kecamatan Licin Rp
3.000/orang. Terbayang kan gerimis, jalanan sepi, gelap, kanan kiri hanya ada
belantara hutan? Popon hanya terdiam duduk dibelakang. Sempat bicara kalau
sepanjang jalan popon melihat penunggu di jalanan menuju ijen didominasi oleh
setan yang memakai semacam topeng barong. Suasana perjalananan pun ditambah
mistis!
Usai hutan
terlewati akhirnya waktu menunjukan pukul 23.40 sampailah kami di Paltuding.
Banyak pengunjung yang menunggu bukanya loket retribusi tiket karena dibuka
mulai jam 01.00 – 12.00. diusahakan perlengkapan sudah siap dari rumah lur,
karena jika tidak mengharuskan membeli perlenglapan pribadi di Paltuding dengan
harga mahal. Contohnya, Mantel plastic yang normalnya seharga Rp 5.000 disini
harganya Rp 15.000. Untuk harga tiket pendakian wisatawan lokal Rp 5.000 pada hari kerja, sedangkan untuk
hari libur Rp 7.500. Tiket untuk wisatawan mancanegara Rp 100.000 pada hari
kerja, sedangkan untuk hari libur Rp 150.000.
Cost
DAY #2
·
Nasi Gudeg beli di depan stasiun : Rp 15.000
·
Jajanan buat di kereta : Rp 20.000
·
Sewa motor :
Rp 37.500 (dibagi 2 harga sewa 75.000)
·
Bensin :
Rp 10.000 (share cost bagi 2)
·
Makan malam di Karang Asem : Rp 12.000
·
Retribusi Desa :
Rp 3.000
·
Tiket Ijen :
Rp 5.000
·
Ngopi di Paltuding : Rp 5.000
-------------------------------------------------------------------------------------------------
+
Rp 88.000
DAY 3
Pukul 01.00
kami memulai pendakian bermodalkan 1 daypack yang berisikan air mineral dan
makanan ringan. Menurut informasi yang kami dapat hanya 2 jam menuju puncak
dari pos Paltuding. Berbondong-bondong pengunjung memadati jalanan bertanah,
tak hanya kaum muda-mudi saja ternyata banyak juga orang-orang tua yang masih
antusias dalam mendaki gunung. Tak beberapa lama mendaki ojek-ojek ijen mulai
menyambut kedatangan kami. Mereka menawarkan jasanya untuk naik ke puncak ijen
tanpa rasa capek. Ojek nya bukan sembarangan ojek, melainkan hanya troli yang
dibuat sendiri disertai rem dan bantalan sebagai kenyamanan penumpang. Untuk
menggunakan jasa ojek tersebut dikenai biaya sekitar 700 rb PP tergantung
negoisiasi penumpang. Biasanya untuk wisatawan mancanegara dikenakan biaya bisa
sampai 1 jutaan. Untuk menuju puncak, ojek tersebut tidak sendirian melainkan
dibantu 3 orang untuk naik. Kasihan ya bapak-bapak ojek ini lur :(
Jalanan berupa
tanah yang tak ada landai menemani perjalanan kami. Tak lama kami menjumpai
rumah yang bisa disebut warungnya ijen. Disitulah pos terakhir yang menjadi
daya minat untuk mengganjal perut. Beruntunglah kami disuguhi cuaca yang cerah,
nampak bintang-bintang bertebaran. Salah satu orang mengikuti kami dan selalu
bertanya. Ternyata pada endingnya, orang itu adalah penyewaan masker gas. Kami
selalu ditawarkan untuk menyewanya karena asap belerangnya sungguh berbahaya
jika tak memakai masker gas itu. Tapi kami putuskan untuk tidak menyewa karena
kami sudah membawa masker double ditambahkan buff.
blue fire mengintip |
Blue fire is just two in the world!
2 jam terlewati
sudah. dari atas sini kami ingin melihat blue fire yang hanya ada 2 di dunia,
yaitu di Indonesia dan Islandia. Mulailah kami menuruni medan yang terjal demi
melihat Blue Fire dari dekat.
Sangatlah berhati-hati lur, kondisi trek berbatu ini hanya memungkinkan
dilewati oleh 1 orang saja dan kerap sekali kita harus memberi jalan kepada
para penambang belerang yang lewat. Penggunaan masker disini sangatlah penting,
jangan sampai kalian mati di gunung hanya karena menghirup asap belerang yang
amat pekat ini. Blue Fire yang kami
temui sedang malu-malu nampaknya, memang untuk bulan-bulan ini sangat tidak
direkomendasikan melihat Blue Fire karena
masih musim pancaroba. Timing yang tepat adalah pukul 04.00 melihat Blue Fire karena jika semakin pagi
cahaya biru itu sudah tidak menampakan diri.
Waktu
menunjukkan pukul 06.00, saya putuskan untuk turun menuju ke danau dengan warna
air toskanya. Indah banget parah! Berasa di luar negeri beneran! *padahal ya
belum pernah ke luar negeri*
Yang bikin saya
amazed sama danau ini, dari segi air
yang toska dibalut dengan tebing-tebing yang sangat besar membuat berasa di Iceland lur! Disinilah para penambang
belerang mengambil belerangnya untuk dibawa ke atas. Beberapa wisatawan juga
ikut menirukan gaya penambang belerang dengan berfoto menggunakan pikulan
belerang tersebut.
Hari semakin siang, kepulan asap belerang semakin menjadi-jadi. Angin tiba-tiba berhembus ke arah kami yang sedang mengabadikan kaldera ijen. Secara serentak kami langsung menghirup asap belerang yang sedang pekat-pekatnya.
Hari semakin siang, kepulan asap belerang semakin menjadi-jadi. Angin tiba-tiba berhembus ke arah kami yang sedang mengabadikan kaldera ijen. Secara serentak kami langsung menghirup asap belerang yang sedang pekat-pekatnya.
Tak tahan
dengan kepulan asap belerang, kami bergegas naik ke atas dengan melawan asap
itu. Tiba-tiba nafasku menjadi berbunyi ngiiikkk…
ngiiikkkk…. Ngiikkk…
Saya khawatir
sekali, dan saya menyesal kenapa tidak menyewa saja masker gas yang ditawarkan
orang tadi. Dengan nafas terengah-engah kami mencoba untuk jalan pelan menuju
atas, dan saya mempunyai rencana setelah ini saya ingin menuju Puskesmas Licin
yang letaknya memang jauh dari Paltuding untuk meminta oksigen atau nebulizer
karena memang saat itu kondisi tubuh benar-benar drop seketika setelah
paru-paru terserang asap belerang.
kerja keras penambang belerang |
Ijen Mantap! |
Setelah berhasil berada di atas, rasa syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. Kondisi nafas sudah normal kembali. Kami beristirahat lumayan lama saat itu karena untuk menenangkan kondisi tubuh yang sempat drop. But someday bakalan balik lagi kesini lagi untuk menyaksikan sunrise dari puncak teratas ijen ini. Semakin siang semakin panas, pengunjung mulai sepi meninggalkan kawah ijen. Para penambang pun telah sibuk menghancurkan bongkahan belerang yang besar-besar itu sebelum mereka jual kepada pemborong. Di sepanjang perjalanan menuju basecamp kami disuguhi oleh pemandangan hijau yang cantik dan di depan terlihat Gunung Raung dengan gagahnya. Banyak pula para penambang menjual belerangnya kepada para wisatawan dengan pernak-pernik bentuk yang unik.
unik! ada rem nya! |
Ada yang lebih
unik lagi, seperti yang diceritakan diatas yaitu ojek gunung ijen. Kami sempat
ditawarkan oleh para pemilik ojek itu. Untuk harga turun tanpa rasa capek
dihargai sebesar Rp 50.000/orang. Banyak diantara mereka memilih untuk stay di
titik-titik dimana pengunjung merasa capek ingin beristirahat. Sesampainya di
Paltuding, kami berencana setelah mengisi perut akan mengunjungi kawah wurung
yang memang tidak jauh dari Ijen, hanya 30 menit menuju arah Bondowoso.
Menuju kawah
wurung didominasi pemandangan yang masih cantik juga, namun ketika hendak
mendekati lokasi, jalanan menuju kawah wurung tidak semulus jalan menuju
paltuding. Jalanan masih rusak dan sedang diperbaiki. Kondisi jalan berbatu
sekaligus menanjak, usahakan tetap ekstra hati-hati dan direkomendasikan
memakai motor matic. Tiket masuk kawah wurung hanya Rp 6.000/orang. Banyak yang
bilang gini, ”Kawah wurung? Mana
kawahnya?”
Kalau istilah jawa sih wurung atau urung itu artinya belum atau tidak jadi. Jadi bisa diartikan Kawah yang tidak jadi. Yang bikin kerennya dari kawah wurung ini adalah hamparan savanna hijau dan cekungan bukit seperti di wallpaper windows gitu. Tergolong masih sepi pengunjung, karena para wisatawan lebih mendominasi setelah dari trip ijen mereka lebih memilih menuju ke Taman Nasional Baluran. Trip kali ini gagal ke Baluran karena terhalang waktu yang memang mepet sekali. Someday pokoknya harus ke Baluran!
Kalau istilah jawa sih wurung atau urung itu artinya belum atau tidak jadi. Jadi bisa diartikan Kawah yang tidak jadi. Yang bikin kerennya dari kawah wurung ini adalah hamparan savanna hijau dan cekungan bukit seperti di wallpaper windows gitu. Tergolong masih sepi pengunjung, karena para wisatawan lebih mendominasi setelah dari trip ijen mereka lebih memilih menuju ke Taman Nasional Baluran. Trip kali ini gagal ke Baluran karena terhalang waktu yang memang mepet sekali. Someday pokoknya harus ke Baluran!
Perjalanan
pulang kami melewati paltuding lagi, dan harus benar-benar ekstra hati-hati
karena saat itu perjalanan pulang kami terhalang kabut yang hanya bisa dilihat
1-2 meter saja dari kaca helm. Kondisi jalan menuju kota banyuwangi tergolong
rawan kecelakaan karena jalanan yang kecil dan menurun. Jangan sampai rem blong
lur! Usai satu jam perjalanan kami singgah kembali di Rumah Singgah.
“terimakasih mas atas tumpangannya, maafkan
kami merepotkan. Salam buat pak rahmat ya mas” saya berpamitan sekaligus
menyerahkan kunci motor yang kami sewa semalam.
“iya mas sama-sama, kapan-kapan mampir lagi
mas. Tadi pak rahmat sedang mengantar tamu ke green bay” jawab teman pak
rahmat.
Kereta yang
akan kami lanjutkan perjalanan yaitu kereta Probowangi menuju ke Surabaya
Gubeng. Pukul 14.10 yang artinya kereta sudah tiba di Stasiun Karang Asem.
Kondisi di dalam kereta sangat amatlah berisik kala itu. Bagaimana tidak, kami
satu gerbong dengan para ibu-ibu yang membawa anak-anak nya yang masih kecil
sedang berlari kesana-kesini. Padahal perjalanan menuju Surabaya memakan waktu
selama 6 jam. Dan beruntunglah kami, karena ibu-ibu rempong hendak turun di
Jember. Seketika telinga menjadi plong dan bisa merasakan tidur walaupun
sebentar setelah semalaman berhasil membuat mata tidak mengantuk sama sekali.
Surabaya
again!
Gubeng menjadi
stasiun terakhir yang kami singgahi. Sementara waktu itu menunjukkan pukul 21.08
dan kami masih belum menemukkan tempat persinggahan untuk transit sebelum
melakukan perjalanan pulang menuju Purwokerto. Tak jauh dari stasiun, tepatnya
di depan Hotel Syahid kami menemukan hotel yang dilihat dari rekomendasi google
memang murah namanya Hotel Gubeng. First
Impression dari Hotel Gubeng sih emang tergolong murah ketimbang harus
jauh-jauh dari Stasiun tapi sangat amatlah bad
service. Bagaimana tidak, kamar dengan seharga Rp 140.000 dengan fasilitas
kipas angin dan TV itu tidak dikelola dengan bersih. Lantai-lantai masih kotor,
tidak ada handuk, selimut, sabun hotel. Padahal dengan seharga itu di kota-kota
lain bisa dapat pelayanan yang sewajarnya. Usai menaruh barang bawaan, perut
tiba-tiba berbunyi. Sempat kepikiran kalau di Surabaya ada salah satu kuliner
favorit wisatawan luar kota yaitu Sate
Ondomohen yang telah berdiri sejak 1945.
Tak butuh waktu lama, saya memesan GoCar untuk mengantarkan kami menuju Sate Ondomohen.
Kami datang
disaat last order. How lucky I am! karena memang waktu sudah menunjukkan pukul
23.00 dan memang sudah saatnya tutup. Sate yang kami pesan ada dua jenis, yaitu
sate sapi dan ayam. Eits! Ini berbeda dengan sate-sate biasanya yang kita
makan, melainkan sate ini terdapat kelapa atau klopo dalam pembuatannya.
Sebagai pelengkap sate ini dibalut bumbu kelapa parut yang tentunya menambah
cita rasa nan gurih. Untuk harga, satu porsi sate sapi berisi 10 tusuk seharga
Rp 25.000 dan untuk sate ayam Rp 20.000. ASLI INI REKOMENDID BANGET SUPER ENAK!
source : goodindonesianfood.com (ga sempet ngefoto sendiri karena enaknya) |
belum afdol kalau belum ke patung sura dan baya |
Usai berkenyang
ria menyantap sate, banyak bilang kalau ke Surabaya belum lengkap kalau belum
mengunjungi Patung Sura dan Baya, langsung tak butuh waktu lama kami memesan
taksi online untuk mengantarkannya. Kami selalu mendapatkan driver yang super
ramah kepada penumpang. Mereka selalu memberikan informasi tentang pesona
Surabaya dari sisi positif dan negatifnya. Sesampainya di Patung Sura dan Baya
kami ditawarkan untuk menggunakan jasa foto yang langsung jadi ditempat, tapi
kami menolak karena saya sudah membawa kamera mirrorless. Maklumlah kaum
Backpacker sedang ngepress costnya pak bukan berarti saya pelit hehe. Surabaya
tergolong kota yang ramai dan tak pernah sepi walaupun di dini hari. Terbukti
disaat kami perjalanan menuju hotel, masih banyak taman-taman yang dipenuhi
warga Surabaya maupun luar kota. Nah untuk rencana besok pagi sebelum pulang ke
Purwokerto, tidak lupa untuk membeli oleh-oleh khas. Ya walaupun tujuan utama
kami ke Banyuwangi tetapi tidak mendapat satu pun buah tangan.
Cost
DAY #3
·
Tiket Masuk Kawah Wurung : Rp
6.000
·
Makan di Paltuding : Rp
12.000
·
Makan di Karang Asem dibungkus : Rp 15.000
·
Hotel : Rp 80.000
·
Sate Ondomohen + nasi dan esteh : Rp 33.000
·
Top Up GoPay buat Exploring Surabaya : Rp 50.000
-----------------------------------------------------------------------------
+
Rp
182.000
DAY 4
Pagi hari dengan mata sayup, saya
mencoba browsing kira-kira pusat oleh-oleh mana yang cocok buat kaum
backpacker. Yash! Pasar genteng menjadi destinasi berburu oleh-oleh Surabaya.
Setelah kami check out dari Hotel Gubeng hanya sekitar 15 menit kami sampai di
Pasar Genteng. Tak perlu basa-basi kami langsung menuju ruko-ruko yang memang
berdampingan itu dipenuhi oleh pusat oleh-oleh itu. Kami mengunjungi salah satu
dari ruko tersebut, hanya membeli 2 Surabaya Snowcake, 4 keripik apel mungkin
terbilang cukup yak buat keluarga dan rekan kerja haha.
Semakin siang sepertinya kita
sudah terlalu diburu waktu kedatangan kereta logawa yang mengantarkan kami di
tujuan akhir Stasiun Purwokerto. Sebelum berangkat tak lupa kami membeli nasi
rames untuk bekal di dalam kereta. Karena kami menghabiskan waktu selama 9 jam
didalam kereta. It’s so long road home!
10.45 Logawa dengan gerbong yang
amatlah panjang bergegas menuju barat. Kenangan yang tak terlupakan sepanjang
trip Banyuwangi dan Surabaya membuat ingin kembali lagi merasakan dunia luar
yang berbeda. Dan masih menjadi bucket list yaitu Baluran dan Green Bay!
Di kereta kami hanyalah bisa
membaca novel, main ludo di hape, dengerin music, makan, tidur, repeat.
Berharap sih ada cewek di depan seat tempat duduk saya lalu kita ngobrol dan
sharing ringan gitu sih HAHAHA just kidd! Sampailah kami di tujuan akhir
Stasiun Purwokerto lalu kami berpisah, saya menuju rumah dan popon menuju
wonosobo menggunakan travel. Hiks LDR lagi :(
Cost
DAY #4
·
Oleh-oleh (optional) : Rp 290.000
·
Nasi Rames Pasar Genteng : Rp 10.000
·
Pop mie :
Rp 10.000
-----------------------------------------------------------
+
Rp
310.000
MARI KITA BERHITUNG LUR!
Cost
DAY #1 :
87.000
Cost DAY #2 : 88.000
Cost DAY #3 : 182.000
Cost DAY #4 : 20.000
(tanpa oleh-oleh)
TIKET JOGJA – BANYUWANGI : 94.000
TIKET BANYUWANGI
– SBY : 56.000
TIKET SBY – PWT : 74.000
------------------------------------------------------------------------
+
621.000
2 komentar
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
BalasHapusDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
jadi pengen ke kawah ijen deh
BalasHapusstamp digital alfamart