Mendaki Atap Tertinggi Jawa Barat - Gunung Ciremai via Apuy

00.20.00

Pagi hari di Polsek Rajagaluh

Angkot masuk jurang, Rajagaluh 29 April 2017
Tidak akan terulang lagi kejadian yang menimpa saya dan kawan-kawan kampus (budi, alif, dan syaiful) pada kegagalan pemberangkatan ke Gunung Ciremai pada akhir April 2017 lalu. Nasib dan takdir memang selalu berkata lain, ya memang belum rejekinya bisa meninggalkan jejak di Gunung Ciremai ini. Angkot kami yang sengaja dicarterkan menuju basecamp Apuy terjun ke jurang dikarenakan salah rute. Bisa ngebayangin angkot terjun jurang? Untungnya kami hanya mengalami luka-luka ringan saja dan dapat pertolongan dari warga sekitar beserta bantuan Polsek Rajagaluh, Majalengka. Mungkin dari artikel berita ini akan menjawabnya :




Niat dan Tekad
Well, kisah perjalanan tragis itu bukan menjadi penghalang dan peluntur semangatku untuk kembali lagi menyapa atap Jawa Barat. Beberapa rekan serta keluarga berkali-kali menegurku untuk jangan mendaki lagi setelah kejadian itu. Tapi bagiku ini adalah suatu perjalanan yang memang sudah menjadi bagian dari filosofi hidupku.

cari barengan di Instagram

Rencana yang awalnya berangkat bareng anak-anak 0rp adventure semuanya hanya ekspektasi. Setelah berkali-kali memposting di Instagram mengenai #CariBarengan untuk mendaki, tak ada satupun yang akan berangkat ke Gunung Ciremai pada tanggal yang saya tentukan. And finally, saya berangkat bersama wanita hebat yang selalu menjadi partner petualangan dimanapun, her is Popon!
Kami berdua melakukan suatu tekat dan niat setelah membooking tiket PP dan mencari-cari informasi mengenai akses transportasi menuju basecamp apuy dari Cirebon. Awalnya sempat ragu, karena saya pemberangkatan dari Stasiun Purwokerto dan Popon dari Stasiun Poncol Semarang dengan jam dan tujuan stasiun yang berbeda pula. Akhirnya saya mengalah yang seharusnya turun di Stasiun Prujakan tapi harus meeting point di Alun-Alun Cirebon. 

Setibanya di Stasiun Prujakan

Cirebon, 14 Juli 2017
Perjalanan dimulai pagi hari pukul 07.10 dari Terminal Harjamukti menggunakan transportasi umum elf jurusan Bandung yang kemudian turun di perempatan maja. Informasi ini kudapati dari berbagai sumber dari internet. Pagi itu ramai sekali, duduk berdua di kursi tengah dengan memangku tas gunung dengan sumpelan headset ditelinga. Yang ada dalam pikiran hanyalah rasa takut untuk di bohongi mengenai harga transportasi umum ini.
“mau ke ciremai? Nanti turun di perempatan maja ya” supir itu menanyakan dengan tatapan mata pada kaca depan.
“iya kang ciremai lewat apuy” jawab popon
“neng, nanti kalau disuruh bayar elf sama calo jangan mau. Bilang aja udah bayar ke supir gitu” supir itu meyakinkan kami untuk tidak terkena calo.
Usai tidur sepanjang perjalanan menuju majalengka selama 2 jam 30 menit. Elf yang kami tumpangi itu saya kasih Rp 30.000 dan kami turun di perempatan Maja.
Biar tidak terlihat orang kebingungan, dua tas kami diletakkan terlebih dahulu sembari mencari angkot menuju terminal maja. Nampak terlihat angkot kuning yang masih kosong penumpang kemudian sang sopir bertanya;
“Ayo naik a, mau ke apuy kan?” supir angkot itu sambil membuka bagasi belakangnya untuk menaruh tas gunung kami
“iya kang bentar mau nyari minum dulu” saya menjawab dengan kebingungan dan keraguan takut kena tipu
Selang selama 10 menit akhirnya kami putuskan untuk naik angkot itu dan menuju ke terminal maja.  Obrolan whatsapp ke kang tedi selaku pemilik kolbak berkali-kali memberi kabar. Dan kang tedi selalu stay di Terminal Maja setelah membawa rombongan dari Bandung ke basecamp apuy. Angkot yang panas dan sesak dengan penumpang yang dihiasi dengan obrolan khas sunda memang membuat kami hanya senyum-senyum sendiri karena ketidak tahuan kami dengan sunda. Kondisi jalanan menuju Terminal Maja menanjak, sudah terlihat pegunungan yang asri nan hijau dari jendela kaca angkot.
45 menit berlalu, Terminal Maja dan kang tedi menyambut kami di tepat jam 11 siang. Angkot kuning itu hanya ada kami dan 1 penumpang lainnya. Sopir juga ikut turun untuk makan siang di terminal.
“saya aji kang, kami hanya berdua jadinya” saya berjabat tangan dengan kang tedi dengan sambutan senyum
“oh ya gapapa, mari istirahat dulu sambil ngeteh apa ngopi disini” kang tedi duduk di depan gelas kopinya
Suasana terminal maja yang tidak terlalu ramai, dan menaruh kegelisahan. Tak ada satupun pendaki yang hendak ke Ciremai via apuy. Kegelisahan itu muncul karena takut hanya kami yang mencarter kolbaknya dan dikenai biaya mahal.
“kang, daritadi gak ada pendaki yang mau ke apuy?” tanyaku
“gak ada a, tadi pagi jam 8 an saya habis nganterin rombongan dari Bandung. Niatnya mau tak barengin katanya kan Mas Aji sampainya sekiranya pagi. Lah sekarang dah siang a.” jawab kang tedi setelah menyeruput kopinya
Dalam benak pikiran, pasti ini akan dikenakan biaya 2 kali lipat sekali carter. Obrolan ku tak membahas mengenai biaya carter itu.

Terminal Maja, Kab. Majalengka

Setelah 30 menit beristirahat, kami melanjutkan ke basecamp apuy. 2 tas gunung kami letakkan di belakang kolbak dan kami duduk bersebelahan dengan kang tedi. Jalur memang semakin menanjak, kolbak yang sedikit tua itu mengegas begitu kuatnya. Obrolan bersama kang tedi semakin hangat diantara sejuknya pegunungan lembah Gunung Ciremai ini.  Rupanya rumah kang tedi berada di dekat basecamp apuy, sedangkan istrinya berjualan di basecamp apuy. 30 menit tak terasa kami sampai di rumah kang tedi untuk transit sebentar karena istri dari kang tedi hendak naik untuk mengantarkan barang jualannya di basecamp apuy.  
tulisan di depan masjid yang tak jauh dari rumah kang tedi. Artinya apa?


Tak menunggu lama setelah cuci muka dan sholat, perjalanan kami dimulai. Jalur ke apuy hanya dapat dilalui oleh 1 mobil saja, apabila berpapasan maka salah satu harus mengalah dan menepi. Jalur yang ekstra terjal dan berkelok ini memang disarankan untuk mencarter mobil.

jalur landai

Basecamp Apuy – POS I (Arban)
Pukul 14.00 WIB; Siang itu Apuy sedang ramai pendaki. Terlihat beberapa motor dan mobil berplat nomor E yang berparkiran dihalaman. Simaksi dikenakan biaya Rp 50.000/orang dan mendapat suatu reward berupa sertifikat dan nasi bungkus rames dikala turun. Terbilang mahal bukan? Berbeda mungkin dengan gunung-gunung lainnya seperti di Jawa Tengah dengan simaksi yang tak begitu mahal. Namun tak apalah, sesekali mendaki gunung dan pulang dapet sertifikat hehe.
Simaksi selesai, dan kita dikasih 1 thrashbag per orang agar sampahnya selalu dibawa turun kembali. Didominasi dengan pepohonan yang asri sepanjang jalur, dan masih tergolong landai untuk menuju ke POS Arban. Dua pasang mata saling meyakinkan diri untuk percaya bahwa kita bisa untuk menggapai atap tertinggi Jawa Barat. Obrolan kami sedikit garing karena hanya berdua saja berjalan. Sesekali melihat beberapa grup pendaki yang ramai, dan kerap sekali kami merindukan hal itu. Iya, rindu dengan teman-teman yang biasa mendaki bareng, dan itu ramai. Selalu ada saja cerita kekonyolan bersama grup pendaki kami yang biasa disebut 0 Rp Adventure. 40 menit tak terasa kami sampai di POS I Arban.
webbing time

POS I – POS II (Tegal Pasang)
Teduh, kami berteduh di sebuah POS yang bernama Arban. Tegukkan air membasahi tenggorokan kami dibawah atap arban. Suasana sore itu memang syahdu ditemani lagu dari Fourtwnty – Diskusi Senja. Tak menunggu terlalu lama karena sudah sore, perjalanan kami lanjutkan.
Belantara hutan menuju POS II sudah terasa. Ada beberapa trek yang memang mengharuskan menggunakan webbing yang telah terpasang. Dan disela-sela perjalanan kemudian,
“Ji.. Sepatuku jebol!!!” popon melepas sepatu yang dipakainya
“Hahahaha! Sepatu murahan kayanya deh jadi jebol, nih pakai sandalku aja” jawabku dengan mengejek
“Asem ik, belum sampai POS II aja udah jebol. Untung tadi dibawa ya, kan tadinya mau gak dibawa haha” popon tertawa lepas
POS II ( Tegal Pasang )

POS II – POS III (Tegal Masawa)
Sesampainya di POS II pukul 16.23 dibawah rimbunnya pohon besar Nampak beberapa pendaki yang juga sedang berteduh. Snack-snack ringan sebagai pengganjal perut dikala lapar kami keluarkan dari tas.
“dari mana a?” tanyaku kepada pendaki yang hanya membawa 1 orang cewek (agak gendut)
“dari ciamis a, aa darimana?” jawab pendaki ciamis itu
“Dari Semarang nih, mau camp dimana rencana?” tanyaku sambil memakan roti selai
“Rencana di POS V aja a, nanti bareng aja hehe” jawabnya
Menuju POS III memang semakin menanjak dan semakin rimbun. Obrolan yang tak sengaja itu kepada grup pendaki ciamis akhirnya menjadi teman seperjalanan menuju atap Jawa Barat.

POS III Tegal Masawa
POS III – POS IV (Tegal Jamuju)
Tegal Masawa 17.30, hari mulai petang dan kabut mulai turun. POS III yang luas seakan-akan merayu kami untuk berteduh dan berlama-lama disini. Pendaki lain ada yang sedang sekedar merebus air untuk kopinya, ada pula yang sekedar melemaskan otot-ototnya setelah menghadapi terjalnya jalur menuju POS III.
Tegal Jamuju kami teruskan untuk melangkah sambil melihat jingganya sore itu. Disela-sela maghrib kami berdua berhenti untuk sholat maghrib. 

POS IV - POS V
Sekiranya POS IV ternyata sudah banyak tenda yang menghiasi campsite ini. Mereka cenderung lebih nyaman dengan tanah yang mereka pijaki untuk sekedar beristirahat, namun bagi kami rasanya kurang jika tidak ngecamp di POS V. Jalur semakin sempit dan menanjak menuju POS V

Pukul 20.00 akhirnya POS V tepat kaki kita berhenti. Tenda yang berdiri lebih banyak dibandingkan dengan POS IV. Sambil ku mencari tempat yang cocok untuk membuat 2 tenda, ku biarkan popon dan teman-teman lainnya untuk beristirahat didekat api unggun yang dibuat pendaki lain. Angin yang cukup kencang membuat kami susah untuk mendirikan tenda. Tenda-tendapun berterbangan kesana-kesini.
Frame demi frame, pasak-pasak tertancap pada tanah kering itu akhirnya 2 tenda kami berdiri di dinginnya malan Ciremai. Hanyalah memasak air untuk membuat mie rebus dan goreng sepertinya cukup untuk bekal kami bermalam dan kami lanjutkan untuk bekal summit esok pagi.

 
Goa Wallet bukan tempat camp!
 
POS V – POS VI (Goa Wallet)
Good morning from POS V! Alarm yang sudah kami janjikan pukul 04.00 itu tak membangunkan dan tak membuat bersemangat untuk summit. Angin yang terlalu kencang disertai dengan hujan ringan menghambat untuk melakukan summit di subuh itu. Sempat ku terbangun dari subuhnya POS V ini dan sedikit terlihat aroma matahari karena terhalang kabut dan angin. Semua terbangun di pukul 07.00 , tak butuh waktu lama kami bergegas menyiapkan perbekalan summit kami. Tenda sudah tertutup, dan doa diucapkan.
Oh.. memang sungguh sejuk pagi itu. Kabut yang berkali-kali datang dan hilang senantiasa membuat risau kami. Meskipun hanya membawa bekal sekedar 1 botol air mineral langkah kaki semakin berat dengan terjalnya trek. Lebih didominasi bebatuan besar dan sedikit pepohonan. 
Persimpangan Apuy dan Palutungan terlihat. Ada beberapa pendaki yang summit dari Palutungan. Kondisi kala itu sedang berkabut hebat pukul 08.30 .

-break-

summit


POS VI – PUNCAK CIREMAI
Edelweiss yang sedang kuning menyambut kedatangan kita di Goa Wallet. Tak ada satupun tenda yang berdiri, karena memang sudah ada larangan dilarang keras untuk mendirikan tenda disekitar Goa Wallet. Untuk menjaga kelestarian alamnya dan terjaga keasrian dari Goa Walet.
Terlihat dari Goa Wallet bendera merah putih berkibaran dari atas. Aku kemudian tersenyum. Dan popon pun tersenyum pula. Tak menyangka telah berdiri disini. Yang semula hanya melihat dari postingan instagram sekarang dapat menyaksikan sendiri bagaimana indahnya Gunung Ciremai.

PUNCAK!
HUH HAH! PUNCAK PUNCAK! Kami akhirnya sampai di puncak tertinggi Jawa Barat . Cant believe we did it! Walaupun cuaca cerah namun anginnya super sekali! Berasa seperti di bawah helicopter! FYI kawah Gunung Ciremai masih aktif, dari tepian masih tercium aroma belerang-belerangnya. Karena saking kencengnya angin topi yang kupakai di kepala terbang begitu saja.
“Yok turun yok! Anginnya ga nguatin!” seru popon
“ayok! Kita foto bareng dulu dibawah bendera!” jawabku
Tak butuh waktu lama kami turun dengan ekstra hati-hati. Cuaca cerah dan ditemani awan-awan itu menjadi teman perjalanan turun menuju apuy. Hanya membutuhkan waktu 4 jam untuk sampai ke basecamp (belum sama istirahat)
with Ciamis Crew

Berusaha berdiri menerpa angin 

weird style on the peak.


Jalan Pulang
POS V siang itu sedang hangat dengan kekeluargaan.Popon memasak mendhoan, dan Pendaki Ciamis itu memasak nasi dan sarden. Usai berkenalan dengan pendaki Ciamis itu ternyata mereka membawa mobil pribadi ke apuy! Wow! Ga bisa bayangin ketika melewati jalan sesempit itu menuju basecamp. Sang sopir pendaki ciamis itu bernama Mas Mil menawarkan untuk barengan menuju Majalengka usai saya ngobrol mengenai carteran kolbak.
“Mas Aji ayo bareng saya aja, nanti turun di Cikijing gapapa kebetulan kan kami lewat situ juga” Mas Mil menawarkan sambil beristirahat di POS II
“Wah ntar sempit mas, muat emang nambah 2 orang?” jawabku
“gapapa mas daripada nanti dikenakan biaya carteran lagi” senyuman mas mil seakan-akan mengiyakan untuk diajak barengan
Hari yang semakin larut sore itu menjawab balasan sms dari kang tedi untuk mengcancel carteran untuk pulang menuju terminal maja setelah mendapat pertolongan dari mas mil dan kawan-kawannya. Maghrib itu menjadi saksi sesampainya di Basecamp Apuy dan mendapat sertifikat beserta kupon untuk mengambil nasi rames di warung yang tersedia.
“kang tedi, saya ga jadi ikut carter pulang kang karena tadi ketemu sama pendaki ciamis kebetulan ikut turun juga lewatin terminal” jelasku pada kang tedi.
“oh ya gapapa a, nanti ambil aja barang-barangnya kalian di rumah saya a” jawab kang tedi.
“untuk biaya carter kemarin bagaimana kang? Saya kan hanya berdua aja” sahutku sedikit cemas.
“berhubung ini kalian cuman berdua a, jadinya saya kasih harga ojek a. beda lagi sesuai dengan kesepakatan kemarin apabila rombongan ada 10 orang dikenakan biaya Rp 30.000/orang” jelas kang tedi
“jadi saya bayar berapa nih kang?” kataku lagi.
“Rp 60.000 per orang a” jawab kang tedi.
Apa boleh buat uang Rp 60.000 yang seharusnya bisa untuk perjalanan kami PP dari terminal Maja sampai Apuy harus rela untuk sekali perjalanan saja. Dan beruntung kami bertemu dengan rombongan pendaki Ciamis yang berbaik hati untuk mengajak barengan turun dari Apuy.
Tas-tas kami masukkan ke dalam bagian belakang mobil, dengan berhati-hati satu mobil yang berisikan 7 orang itu mulai menuruni apuy.

21.00 WIB. Cikijing, Majalengka.
Usai sampai di jalan raya, saya bingung hendak mencari bus atau elf darimana. Pengetahuan ku yang minim mengenai transportasi jawa barat menghambat kami untuk pulang ke Cirebon.
BRAGGG!
Pintu mobil itu ditutup mas mil, untuk keluar mencari informasi bus menuju Cirebon. Saya pun ikut turun sambil browsing mengenai transportasi menuju Cirebon.
“Mas aji, tadi saya sempet nanya-nanya ke orang nih. Katanya kalau jam segini susah nyari elfnya. Palingan bus nih kalau mau. Tadi sih suruh nanya ke calonya aja. Gapapa pakai calo?” tanya mas mil
“gapapa mas mil, daripada gak dapet tumpangan. Soalnya saya ngejar waktu juga. Yang penting dapet deh mas mil” jawabku dengan kegelisahan
Usai mencari kesana-kesini, akhirnya bus menuju Cirebon terlihat dari kejauhan. Bergegaslah saya dan popon untuk mengambil tas gunung yang diletakkan dibelakang mobil.
                “Mas mil, aku gatau harus berbalas budi apa ke kalian. Terima kasih banget telah menyelamatkan saya dan popon mas. Saya minta maaf bila selalu merepotkan kalian. Sampai jumpa dilain perjalanan mas, jangan lupa berkabar kalau mau main ke gunung di jawa tengah ya!” terharuku terhadap pendaki Ciamis ini sambil berjabat tangan
                “Oke mas aji sama-sama, senang juga bisa membantu kalian. Siap mas nanti berkabar aja lewat whatsapp. Hati hati mas!” jawab mas mil dari kejauahan

***
Bus dan Kegelapan
Kami duduk di tengah kerumunan penumpang, dengan sengaja saya dan popon duduk berseberangan. Tas carrier di kiri dan saya di sebelah kanan, begitu pula dengan popon. Bus ekonomi yang gelap dan lambat menjadi teman perjalanan kami menuju kota Cirebon dengan melewati jalur Kuningan. Tubuh yang lelah, dan mata yang letih selalu tak terhankan untuk menutup lalu tertidur. Tapi saya selalu berjaga-jaga dan mawas diri menjaga barang-barang berhargaku di tengah-tengah penumpang yang tak tahu mereka itu baik atau jahat. Ku biarkan popon terlelap tidur, namun mata ku selalu terbuka dengan ditemani music Silampukau.
Kernet bus mendekati ku, dengan polos ku bertanya
“berapa kang ke Cirebon?” tanyaku
“Rp 20.000 a, berdua jadi Rp 40.000” jawab kernet dengan nada datar
Kuningan, begitu terlihat dari jendela kaca bus ini papan-papan dan baliho terlihat jelas bahwa sedang berada di Kuningan. Popon terbangun dari tidurnya.
                “kamu gantian jagain barang-barang kita ya, aku tak gentian tidur” jelasku pada popon
2 jam perjalanan yang kami tempuh, akhirnya Terminal Harjamukti Cirebon menyambut dengan kosongnya penumpang di bus ekonomi itu. Dengan setengah sadar kami turun di depan posis terminal. Tujuan kami selanjutnya adalah Stasiun Prujakan. Grab adalah penyelamat di tengah malam itu, usai memesan saya mendapat pesan dari mas mil bahwa mereka telah sampai rumah dengan selamat, begitu pula mas mil menanyakan keadaan posisi keberadaan kami sekarang.

Stasiun Prujakan, Dini Hari.
Hanya ada beberapa orang di depan stasiun. Tiket yang kami pesan untuk melakukan perjalanan pulang ke rumah masing-masing berbeda waktu keberangkatan. Popon di jam 02.30 sedangkan saya 08.45 WIB. Sembari menunggu kedatangan kereta menuju Semarang, kami transit di sebuah musholla stasiun.
Jam dinding menunjukkan pukul 02.15 yang artinya popon harus pulang ke Semarang. Saling berpamitan dan rindu adalah hal yang lumrah bagi kami sepasang pejuang LDR. Dikala pemeriksaan petugas security mencurigai tas yang dibawa popon.
                “Mba, gas nya tolong jangan dibawa ya. Nanti kalau sampai ketahuan pas di kereta bisa diturunkan kamu loh” tegas security dengan membawa tongkat hitamnya
                “waduh gimana dong ji? Gasnya aku titipin kamu aja” sambil berbisik popon ingin menyelamatkan gas yang memang bukan punyanya
“Yaudah kamu berangkat aja. Hati –hati ya. Salam rindu dari aku.” Senyumku untuk rindu yang diseberang

Pagi di Kota Udang
Pagi itu ku terbangun berkali-kali mendengar kereta lewat dan membunyikan suara klaksonnya. Ada yang kurang selama saya di Cirebon, yaitu oleh-oleh. Ku tekatkan memesan gojek untuk menuju ke Pasar Pagi. Pagi itu ramai, dan disaat itu sedang hari minggu kebetulan sedang ada car free day. Pusat oleh-oleh yang saya tuju sedang tutup dan buka jam 8.
Dari pasar pagi ku berjalan sampai alun-alun Cirebon. Ramai sekali seperti car free day pada kota-kota lainnya. Mungkin beberapa orang yang disitu heran, ada orang yang membawa tas gede kayak kulkas ke Alun-Alun haha. Belum di Cirebon kalau belum makan makanan khasnya, empal genthong sepertinya mainstream. Terlihat belum pernah mendengar istilah nama makanan “DOCANG” ku hampiri dan memesannya. Harga yang cukup wajar Rp 10.000 untuk satu piring docang.
1 Porsi Docang = Rp 10.000 (Free teh tawar anget)
Semakin siang semakin panas. Ku berjalan lagi menuju Pasar Pagi membeli berbagai oleh-oleh khasnya. Pusat oleh-oleh merayuku untuk membeli terasi udang, kerupuk ikan, dan lain-lain. Berhubung kereta yang ku tampangi semakin dekat waktunya, bergegas ojek online saya pesan kembali menuju prujakan. Cukup murah! Hanya Rp 7.000 dari Pasar Pagi menuju Prujakan. Begitu sebaliknya.

Sampai Jumpa Cirebon!
Kereta Kutojaya Utara telah sampai di Prujakan tepat 08.45 pu berangkat. Gunung Ciremai terlihat gagah di depan mata. Dan tak disangka saya dan popon telah berdiri di atas sana, meskipun angin kencang membuat mata terkena pasir pasirnya.
2 jam perjalanan menuju Purwokerto tercinta. Dan Gunung Ciremai tak akan bisa terlupakan (capeknya!)


SHARE COST (start Stasiun Cirebon Prujakan/Kejaksan ):
1. Stasiun - Terminal Harjamukti Cirebon @ Rp 15.000 (via Grab) / Jika ingin lebih murah bisa pake Gojek. Tapi kalo bareng-bareng mending Grab. (Jaraknya lumayan deket sekitar 10-15 menit)
2. Terminal Cirebon - Kadipaten Majalengka @ Rp 20.000 (via Elf jurusan Bandung) (menghabiskan waktu 3 jam)
3. Kadipaten - Terminal Maja @ Rp 10.000 (via Elf jurusan Cikijing 45 menit)
4. Terminal Maja - Basecamp Apuy @ Rp 30.000 (via Kolbak 1 jam) 
5. Tiket Masuk TNGC @ Rp 50.000 (dapet sertifikat, nasi rames, air mineral gelas)
6. Apuy - Terminal Maja @ Rp 30.000 (kolbak)
7. Terminal Maja - Kadipaten @ 10.000 (elf)
8. Kadipaten - Terminal Harjamukti Cirebon @ 20.000 (elf)
9. Terminal - Stasiun Cirebon @ 15.000 (grab)

TIPS-TIPS MENDAKI GUNUNG CIREMAI
1. Apabila anda start pendakian dari Cirebon, silahkan aplikasi transportasi online seperti grab, uber, atau gojek untuk mempermudah dan menghemat pengeluaran kita.
2. Untuk kolbak silahkan bisa booking terlebih dahulu atau sekedar janjian. Bisa hubungi Kang Tedi 082240273666 beliau stay di terminal maja. Jika memang kondisi sudah terlalu malam untuk melakukan pendakian bisa stay di rumah kang tedi dulu semalam. Rumah Kang Tedy berada didekat balai desa jalur pendakian apuy. 
3. Usahakan beramai-ramai dalam melakukan pendakian, agar dapat menekan cost pengeluaran. Contohnya seperti penggunaan ojek online dan jika anda hanya beranggotakan kurang dari daya tampung kolbak maka bisa jadi anda dihitung ojek pribadi, dan dikenakan biaya Rp 60.000 per orang. Tapi kalo banyak orang Rp 30.000/orang. Sebisa mungkin janjian dan negosiasi kepada kang tedi jika anggota grup pendakian cuman sedikit.
4. Tidak ada mata air sepanjang perjalanan menuju  Puncak Gunung Ciremai.
5. Usahakan membeli logistik sebelumnya. Karena membeli di Basecamp harga jauh lebih mahal. Contohnya : Beli Aqua 1500 ml di basecamp seharga Rp 9.000 sedangkan kita biasa beli di supermarket ataupun warung Rp 5.000
6. Dilarang membuat tenda di Goa Wallet. Karena Goa Wallet agar terjaga kelestarian alamnya.
7. POS 5 adalah tempat camp terbaik untuk perbekalan menuju puncak. Usahakan mendaki lebih pagi karena POS 5 kerap sekali penuh untuk dijadikan campsite terutama dikala weekend.
8. Jaga attitude kesopanan selalu dan selalu menjaga kebersihan.
9. Apabila membawa kendaraan pribadi harus extra hati-hati karena jalur menuju basecamp apuy hanya bisa dilalui oleh 1 mobil saja, jadi mau gak mau jika berpapasan ya harus saling mengalah dan mundur mencari tempat agak lebar. Jalanannya amatlah menanjak dan berbatu. KEEP SAFETY GUYS!
10. Jangan kaget jika sepanjang perjalanan dihiasi dengan para pendaki berlogat sunda ya haha

SALAM LESTARI!

cTonton nih kisah seru mendaki Ciremai on YouTube :



You Might Also Like

3 komentar

  1. Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
    Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
    Yang Ada :
    TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
    Sekedar Nonton Bola ,
    Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
    Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
    Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
    Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
    Website Online 24Jam/Setiap Hariny

    BalasHapus